Tanpa terasa hari- hari yang telah kita lalui bersama ramadhan. Berbagai ibadah tetap berusaha kita optimalkan. Seluruh target ibadah yang telah kita susun sedemikian teratur, berusaha dicapai. Kita juga masih berada pada zona pencapaian takwa yang belum diketahui akhirnya. Berbagai upaya pun kita lakukan untuk melawan berbagai godaan. Menyibukkan diri dengan aktivitas kebaikan, menghadiri majelis ilmu guna menambah pengetahuan, pun tidak luput dari keseharian kita di bulan ramadhan.
Ramadhan adalah bulan mubarak. Ramadhan adalah bulan penempaan untuk kita. Bulan ini menempa kita menjadi pribadi yang jujur. Bayangkan, kita dilatih untuk bangun sebelum subuh, lalu mengakhirkan waktu bersahur.
Siang hingga menjelang waktu berbuka, kita menjalani aktivitas pada kondisi dan tempat yang berbeda. Tak jarang aktivitas itu kita lakukan dalam kesendirian. Pada kesendirian tersebut, kejujuran kita adalah ujian. Apakah kita mampu menjaga puasa kita? Apakah kita mampu menjaga diri dari hal-hal yang membatalkannya. Apakah kita merasa diawasi olehNya?
Ramadhan bukan hanya menahan haus dan lapar. Ramadhan bukan hanya tentang kejujuran kita pada diri kita sendiri, pada keluarga dan orang-orang di sekitar kita. Akan tetapi ada kejujuran yang lebih tinggi yang harus lakukan, yakni kejujuran pada Allah Subhana wata’ala.
Menjalankan ibadah di bulan ramadhan bukanlah kebiasaan semata, melainkan karena keimanan kita, yang tujuannya yaitu meraih takwa.
Kiranya kita bisa menjadikan ramadhan bulan penuh hikmah. Bulan penempaan untuk menjadikan kita pribadi yang jujur. Jujur pada diri sendiri, dan terlebih pada Allah. Semoga kejujuran itu kelak menjadi indikator yang mampu menjadikan kita menjadi golongan-golongan yang bertakwa. Wallahu ‘alam bishowwab.